Pemerintah Kota Surabaya menerapkan strategi jemput bola untuk memeriksa hewan kurban yang masuk ke kota tersebut.
Sebagai pelaksanan teknis, Dinas Pertanian Kota Surabaya akan mendatangi titik-titik penjualan hewan kurban untuk melakukan pemeriksaan kesehatan hewan yang dijual.
“Mereka nanti akan mendapatkan kartu hasil pemeriksaan. Kartu itu adalah jaminan bagi masyarakat yang akan membeli, bahwa hewan kurban di sana sudah diperiksa,” ujar Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian drh Meita Irene Wowor kepada wartawan di Balai Kota Surabaya, Kamis (3/9).
Menurut Meita, para pedagang sebagian besar datang dari luar Surabaya. Untuk sapi, menurut dia, biasanya dipasok dari Probolinggo, Pasuruan, Banyuwangi dan Kediri. Sementara kambing, Meita menjelaskan, umumnya didatangkan dari Sidoarjo, Gresik dan Blitar.
Berkaca pada Idul Adha tahun lalu, ia manyampaikan, terdapat setidaknya 200 titik penjualan hewan kurban di Surabaya. Total hewan yang dijual sendiri, ia merinci, mencapai 2.000 ekor sapi dan 4.000 ekor kambing.
Meita menjelaskan, pemeriksaan kesehatan hewan akan dilakukan satu pekan menjelang Idul Adha. Pemeriksaan, menurut dia, dilakukan untuk memastikan hewan kurban layak dikonsumsi manusia.
Hewan yang sehat, ia menjelaskan, sudah bisa dikenali dari penampilannya, di antaranya kulitnya mulus dan tidak kusam, tidak ada kotoran di matanya, tidak berjingkrak-jingkrak, dan lain sebagainya.
Jika mendapati hewan yang sakit, menurut Meita, pihaknya akan mendiagnosa penyakit si hewan. Penangannya, kata dia, mulai dari pemberian vitamin hingga antibiotik.
Khusus untuk hewan yang diberi antibiotik, tidak bisa dikonsumsi hingga jangka waktu lima hari ke depan. Hal itu menurut dia, karena hewan masih menyimpan residu antibiotik di dalam tubuhnya.
Pemeriksaan kesehatan, menurut Meita, tidak hanya sampai di situ. Sehari menjelang Idul Adha hingga beberapa hari setelah Idul Adha, kata dia, Dinas Pertanian Surabaya akan melakukan pemeriksaan antemortem dan postmortem terhadap hewan-hewan kurban.
Pemeriksaan tersebut, menurut dia, untuk memastikan daging hewan kurban tidak mengandung penyakit yang membahayakan.
Dalam proses tersebut, menurut Meita, pihaknya dibantu relawan dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga dan asoiasi dokter hewan di Surabaya (Sumber : http://nasional.republika.co.id/)